
2 hari yang lalu
Kelelahan otot dalam aktivitas pendakian

Admin 1
@admin
Perilaku otot dalam pendakian dan parameter fisik kelelahannya.
Aktivitas pendakian gunung merupakan salah satu bentuk olahraga ekstrem yang menuntut kekuatan, ketahanan, dan koordinasi otot dalam jangka waktu lama. Kelelahan otot merupakan fenomena yang umum terjadi selama dan setelah pendakian, yang berimplikasi pada performa pendaki dan risiko cedera.
Dalam biomekanika, kelelahan otot dipandang tidak hanya sebagai penurunan performa, tetapi juga sebagai akumulasi kerusakan mikroskopis pada jaringan otot dan struktur pendukung. Dari sudut pandang biomekanik,a kelelahan otot dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama yaitu
Dalam biomekanika, kelelahan otot dipandang tidak hanya sebagai penurunan performa, tetapi juga sebagai akumulasi kerusakan mikroskopis pada jaringan otot dan struktur pendukung. Dari sudut pandang biomekanik,a kelelahan otot dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama yaitu
- Fatigue periferik: penurunan kemampuan kontraktil otot akibat akumulasi ion H⁺, asam laktat, dan deplesi ATP.
- Fatigue sentral: berkurangnya sinyal motorik dari sistem saraf pusat (CNS) ke unit motorik.
Mekanisme keduanya berdampak pada perubahan gaya langkah, waktu kontak kaki dengan tanah, dan distribusi beban antar segmen tubuh.
Selain itu, aktivitas pendakian hampir pasti melibatkan kontraksi memanjang atau eksentrik yang dominan, terutama saat menuruni medan curam. Kontraksi eksentrik lebih rentan menyebabkan kerusakan otot (muscle damage) dibandingkan kontraksi konsentris, karena otot bekerja sambil memanjang.
Sebagai acuan berdasarkan data statistik, parameter fisik yang berhubungan dengan biomekanika otot selama pendakian dapat diwakili oleh gaya reaksi tanah (GRF) sebesar 2,5 – 3,0 kali dari berat badan, aktivitas electromyography (EMG) quadriceps yang meningkat hingga 35–50%, rentang pergerakan lutut antara 30°–60° (lebih besar saat turun) dan fatigue index (EMG median frequency) akan turun sebesar 15–25% setelah 2–3 jam pendakian.
Sebagai acuan berdasarkan data statistik, parameter fisik yang berhubungan dengan biomekanika otot selama pendakian dapat diwakili oleh gaya reaksi tanah (GRF) sebesar 2,5 – 3,0 kali dari berat badan, aktivitas electromyography (EMG) quadriceps yang meningkat hingga 35–50%, rentang pergerakan lutut antara 30°–60° (lebih besar saat turun) dan fatigue index (EMG median frequency) akan turun sebesar 15–25% setelah 2–3 jam pendakian.