2 bulan yang lalu
Hipotermia dan kebutuhan kalori untuk pendakian
Admin 1
@admin
keselamatan pendaki
Kalori adalah sumber energi yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan panas melalui metabolisme. Ketika beraktivitas di lingkungan dingin, kebutuhan kalori meningkat secara signifikan untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil. Kekurangan asupan kalori menyebabkan tubuh kesulitan memproduksi panas dan tentu saja meningkatkan risiko hipotermia. Penting untuk mengonsumsi makanan tinggi energi, seperti karbohidrat dan lemak, selama melakukan pendakian dalam kondisi hujan dan/atau suhu dingin.
Seorang pendaki berada di jalur pendakian tropis dengan suhu udara 18°C dan kecepatan angin 20 km/jam. Meskipun suhu tersebut tampak tidak ekstrem dingin, hujan deras yang mungkin terjadi dan membuat pakaian basah akan meningkatkan resiko hipotermia. Dalam kondisi basah, tubuh kehilangan panas hingga 5 kali lebih cepat dibandingkan kondisi kering. Jika kebutuhan kalori normal pendaki untuk menempuh perjalanan pada jalur pendakian tersebut adalah 3000 kkal per hari, tetapi tubuh membakar 4500 kkal karena cuaca basah dan angin, maka defisit energi sebesar 1500 kkal menyebabkan tubuh kehilangan kemampuannya untuk memproduksi panas secara efisien. Dalam waktu 6-8 jam tanpa asupan kalori tambahan, suhu tubuh dapat turun di bawah 35°C, menyebabkan hipotermia ringan. Jika defisit kalori berlanjut dan tubuh terus basah serta terpapar angin, hipotermia berat dapat terjadi dalam waktu 12-16 jam.
Selanjutnya, dalam lingkungan tropis dengan suhu antara 15-20°C, kebutuhan kalori dapat meningkat menjadi 200-300 kkal per jam jika tubuh dalam kondisi basah dan terpapar angin. Serupa dengan kasus sebelumnya, jika pendaki hanya mengonsumsi 2500 kkal dalam sehari, sedangkan tubuhnya membakar 4000 kkal akibat kondisi cuaca tersebut, defisit sebesar 1500 kkal akan menyebabkan tubuh mengalami kehilangan panas yang signifikan. Dalam waktu 8-10 jam, suhu tubuh dapat turun di bawah 35°C, terutama jika pakaian tetap basah dan tidak ada perlindungan dari angin. Jika tidak ada tindakan seperti mengeringkan pakaian, meningkatkan asupan kalori, atau mencari perlindungan, hipotermia berat dapat terjadi dalam waktu 16-20 jam.
Selalu cek kondisi cuaca dan kebutuhan kalori pada jalur pendakian Anda untuk mengurangi resiko terkena hipotermia.
Seorang pendaki berada di jalur pendakian tropis dengan suhu udara 18°C dan kecepatan angin 20 km/jam. Meskipun suhu tersebut tampak tidak ekstrem dingin, hujan deras yang mungkin terjadi dan membuat pakaian basah akan meningkatkan resiko hipotermia. Dalam kondisi basah, tubuh kehilangan panas hingga 5 kali lebih cepat dibandingkan kondisi kering. Jika kebutuhan kalori normal pendaki untuk menempuh perjalanan pada jalur pendakian tersebut adalah 3000 kkal per hari, tetapi tubuh membakar 4500 kkal karena cuaca basah dan angin, maka defisit energi sebesar 1500 kkal menyebabkan tubuh kehilangan kemampuannya untuk memproduksi panas secara efisien. Dalam waktu 6-8 jam tanpa asupan kalori tambahan, suhu tubuh dapat turun di bawah 35°C, menyebabkan hipotermia ringan. Jika defisit kalori berlanjut dan tubuh terus basah serta terpapar angin, hipotermia berat dapat terjadi dalam waktu 12-16 jam.
Selanjutnya, dalam lingkungan tropis dengan suhu antara 15-20°C, kebutuhan kalori dapat meningkat menjadi 200-300 kkal per jam jika tubuh dalam kondisi basah dan terpapar angin. Serupa dengan kasus sebelumnya, jika pendaki hanya mengonsumsi 2500 kkal dalam sehari, sedangkan tubuhnya membakar 4000 kkal akibat kondisi cuaca tersebut, defisit sebesar 1500 kkal akan menyebabkan tubuh mengalami kehilangan panas yang signifikan. Dalam waktu 8-10 jam, suhu tubuh dapat turun di bawah 35°C, terutama jika pakaian tetap basah dan tidak ada perlindungan dari angin. Jika tidak ada tindakan seperti mengeringkan pakaian, meningkatkan asupan kalori, atau mencari perlindungan, hipotermia berat dapat terjadi dalam waktu 16-20 jam.
Selalu cek kondisi cuaca dan kebutuhan kalori pada jalur pendakian Anda untuk mengurangi resiko terkena hipotermia.
